Nama : Lingga Sari Putri
Npm : 16514093
Kelas : 3PA13
1. PENGERTIAN
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan berasal dari Bahasa
Inggris leader yang memiliki arti pemimpin atau tokoh.
Selain itu pemimpin juga memiliki arti secara luas meliputi proses
mempengaruhidalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
atau anggota untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya.
Pengertian dari kepemimpinan
memiliki banyak sekali pendapat dari para ahli, hal ini dikarenakan setiap
orang memandang pemimpin dari sudut pandang yang berbeda-beda. Seorang pemimpin
memberikan pengaruh kepada anggota atau bawahan yang dipimpinnya. Setiap
anggota tentunya mendapatkan pengaruh yang berbeda-beda karena pada dasarnya
setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda.
Teori tentang kepemimpinan selalu
mengalami perubahan dari masa ke masa. Hal ini dipengaruhi oleh cara pikir orang
yang selalu berkembang sehingga pemahaman atau pengertian dari kepemimpinan
selalu berkembang. Pada dasarnya semua pengertian memiliki kekurangan dan
kelebihan karena disesuaikan dengan situasi dan masalah yang dihadapi.
Teori yang pertama berkembang hingga
tahun 1940-an yaitu teori kepimpinan yang didasarkan pada teori sifat. Pada
teori ini seorang pemimpin haruslah memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan
yang bukan pemimpin.Sifat yang dimiliki seorang pemimpin misalnya
ambisi dan erergi, keinginan untuk memimpin, kejujuran dan integritas, rasa
percaya diri dan lain-lain.Menurut teori ini sifat seseorang merupakan bawaan
dari lahir sehingga seseorang yang tidak memiliki sifat kepemimpinan tidak
dapat menjadi pemimpin yang baik.
Selanjutnya pada tahun 1940-an
hingga 1960-an berkembang teori kepemimpinan berdasarkan pada teori tingkah
laku. Pada teori ini tingkah laku seorang pemimpin berbeda dengan tingkah laku
bawahanya atau anggotanya yang bukan pemimpin. Berdasarkan teori tingkah laku
seorang pemimpin dapat diajarkan sehingga untuk menjadi pemimpin yang baik
hanya perlu berusaha dan berlatih secara terus menerus.
Teori kepemimpinan yang berkembang
antara tahun 1960-an sampai tahun 1970-an teori kemungkinan. Teori ini juga
bisa disebut teori situasional, karena keberhasilan seorang pemimpin tidak
berdasarkan sifat atau tingkah laku akan tetapi dipengaruhi oleh situasi
tertentu. Sehingga setiap situasi memerlukan cara atau gaya yang berbeda-beda
untuk mengatasinya.
Antara tahun 1970-an hingga tahun
2000-an berkembang teori kepemimpinan mutakhir, seperti teori kepemimpinan
atribusi, teori kepemimpinan karismatik dan teori kepemimpinan transformasional
atau kepemimpinan transaksional. Teori atribusi menyatakan bahwa kepemimpinana
hanyalah sebuah atribusi yang dibuat oleh orang (bawahan atau anggota) kepada
orang lain (pemimpin). Teori kepemimpinan karismatik menyatakan bahwa seorang
pemimpin memiliki pengaruh luar bisasa pada oraganisasi. Hal ini
dikarenaka seorang pemimpin memiliki tingkat kepemimpinan yang tinggi, dominasi
kepemimpinana, serta keyakinan akan kebenaran moral dari keyakinannya.
Sedangkan teori kepemimpinan transformasional adalah teori yang mengemukakan
bahwa seorang pemimpin memandu atau memotivasi bawahannya untuk mencapai tujuan
dan penegasan pada tugas bawahan masing-masing.Pemimpin memberikan pertimbangan
dan rangsangan intelektual yang diindividualkan, dan memiliki karisma.
2. JENIS KEPEMIMPINAN
Banyak teori yang mengungkapkan
tentang kepemimpinan, sehingga muncul banyak jenis-jenis kepemimpinan yang
dipahami dan juga diterapkan pada saat ini.Semua jenis
kepemimpinan juga memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga dalam penerapannya
perlu memperhatikan banyak hal. Pada bab ini akan membahas 6 jenis atau model
kepemimpinan yang ada. Yaitu: Koersif, otoritatif, afiliatif,
demokratis,pecesetting, dan coaching yang tentunya memiliki kekurangan dan
kelebihan masing masing.
1. Koersif
Jenis kepemimpinan ini bisa juga
disebut dengan kepemimpinan otoriter. Pada jenis ini seorang pemimpin akan
memerintah sesuai dengan kehendaknya sendiri tanpa ada orang yang boleh
membantah semua perintahnya. Menurut pendapatnya seorang bawahan hanya akan
bekerja jika diperintah. Selain itu pemimpin sudah menetukan ketentuan dari
awal sehingga pada saat pelaksanaan tidak ada rencana atau usulan dari
bawahannya. Pemimpin menjalankan semuannya sesuai dengan kehendak hati sang
pemimpin sehingga bawahan hanya tinggal menjalankan apa saja tugasnya
Kelebihan dari tipe ini adalah
ketika sebuah organisasi atau kelompok membutuhkan pengambilan keputusan secara
mendadak dengan cepat dan tepat. Pengambilan keputusan akan difikirkan secara
matang tanpa dipengaruri oleh orang lain. Selain itu saat pengambilan keputusan
tidak perlu dengan adanya diskusi atau rapat dan terjadi perdebatan dari
berbagai pihak yang hanya akan membuat keputusan tidak segera diambil. Sehingga
pengambilan keputusan akan lebih cepat dan tepat jika diambil oleh seorang
pemimpin saja. Selain itu pemimpin dengan jenis ini akan menumbuhkan sikap
disiplin dari anggota atau bawahannya.
2.
Otoritatif
Jenis pemimpin ini bukan jenis
pemimpin yang oteriter, akan tetapi pemimpin yang mendapatkan kekuasaan dengan
persetujuan dan kejelasan visi yang ia paparkan. Seorang pemimpinakan
menjadikan orang lain bergerak menuju sebuah visi yang sudah ditentukan dengan
bersemangat karena ia akan memberikan penghargaan yang pantas dan tujuan yang
jelas tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga untuk jangka panjang.
Pemimpin akan melakuakn perubahan-perubahan untuk mencapai visi dari organisasi
tersebut. Pemimpin jenis ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mudah
mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama.
3.
Afiliatif
Kepemimpinan yang afiliatif adalah
seorang pemimpin yang memberikan jalan bagi anggotanya untuk bertindak.Seorang
pemimpin mengedepankan kebahagiaan dari anggotnya. Setiap anggotanya memiliki
kesempatan yang sama dalam memberikan ide-ide untuk kemajuan dari organisasi.
Pemimpin akan sangat disenangi oleh semua bawahan atau anggotanya karena dalam
organisasi semua memiliki sifat terbuka.
4.
Demokatis
Kepemimpinan jenis ini mengedepankan
pendapat dari anggota untuk mengambil keputusan sehingga setiap masalah
diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat. Kepemimpinan ini hampir sama
dengan kepemimpinan afiliatif akan tetapi perbedaannya adalah seorang pemimpin
tidak mengedepankan kebahagiaan dari anggotannya akan tetapi tujuan keterbukaan
adalah untuk saling faham satu sama lain sehingga bisa tercapai kerjasama.
Pemimpin akan mengambil keputusan sesuai dengan suara terbanyak dari anggota.
5. Pacesetting
Jenis kepemimpinan ini
menyatakan bahwa seorang pemimpin membutuhkan atau menuntut kesempurnaan dari
anggotanya. Pemimpin membuat standar-standar yang harus dipenuhi oleh setiap
anggotanya agar tercapai apa yang diinginkan pemimpinnya. Seorang pemimpin akan
mengambil alih tugas dari anggotanya apabila apa yang dikerjakan tidak sesuai
dengan standar yang ia tetapkan. Pemimpin tidak segan-segan untuk mengganti
anggota dengan orang lain jika ia merasa tidak cocok atau tidak memenuhi
standar.
6. Coaching
Jenis kepemimpinan ini hampir
sama dengan kepemimpinan pacesetting karena pemimpin ini juga menuntut
kesempurnaan dari anggotanya. Akan tetapi jenis ini menetukan ketentuan yang
berbeda-beda untuk setiap orang.Pemimpin ini menuntut anggotanya untuk berkembang
sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki masing-masing anggota. Karena
pemimpin berpendapat bahwa dengan berkembangnya anggota maka akan berkembang
pula organisasi yang dipimpinnya.
3. 3. TEORI KONTINGENSI
1. Teori atau
model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori
ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori
kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan
antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi
menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan
terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin
mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi-situasi yang spesifik.
2. Karena
situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya
hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan
kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita
pahami bahwa strategi yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu
situasi ke situasi lainnya. Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori
tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan
teorinya sebagai Contingency Approach. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa
kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah
ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai
variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami secara lengkap
efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.
3. Teori kontingensi melihat pada
aspek situasi dari kepemimpinan (organization context). Fiedler
mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader Orientation dan Situation
Favorability.
4.
v Leader Orinetation adalah :
apakah pemimipin pada suatu organisasi berorinetasi pada relationship atau
beorintasi pada task. Leader Orientation diketahui dari Skala semantic
differential dari rekan yang paling tidak disenangi dalam organisasi (Least
preffered coworker = LPC) . LPC tinggi jika pemimpjn tidak menyenangi rekan
kerja, sedangkan LPC yang rendah menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan
kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang tinggi menujukkan bahwa pemimpin
berorientasi pada relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan
bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin
dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih
efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan
orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan orang apabila kontrol
situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin dengan
High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol
situasinya moderat.
5.
v Situation favorability adalah :
sejauh mana pemimpin tersebut dapat mengendailikan suatu situasi, yang
ditentukan oeh 3 variabel situasi, yaitu :
6.
1. Leader-Member Orintation:
hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya.
7.
2. Task Structure: tingkat struktur
tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi.
8.
3. Position Power: tingkat kekuasaan
yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
9.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi
dan PP besar, sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS
rendah dan PP sedikit.